[Cerpen] Batas Hidup [bagian 3 – Tamat]

9 08 2008

Sambungan dari cerpen sebelumnya...

Aku berusaha bangun dan melihat sekelilingku, semuanya kabur, tidak ada setitik cahayapun yang bisa aku lihat, gelap, aku hanya bisa kembali menutup mataku dan berharap saat aku membukanya semuanya menjadi seperti semula. Di saat aku kebingungan dengan kondisi itu, ada sebuah belaian lembut mengelus kepalaku, bersamaan dengan kecupan hangat di dahiku, nyaman, itu yang aku rasakan. Aku begitu meresapi belaian dan kecupan itu. Aku mencoba membuka mata, ada setitik cahaya kecil, tapi masih samara-samar, namun aku tetap berusaha untuk menangkap titip di hadapanku, aku terus berusaha dan berusaha melihatnya, dan akhirnya aku mendapati sebuah wajah yang menatap ke arahku, aku mencoba mengedipkan mata agar lebih jelas untuk melihat apa yang ada dihadapanku. Sebuah wajah yang begitu lembut dan dihiasi alur-laur kulit yang mulai mengeriput, ada tetesan air mata yang mengalir disana, dengan wajah dan tetesan airmata, aku lihat bibir itu tersenyum..ahhh…aku mengenal wajah itu, yah.. wajah itu tidak asing, aku mengenalnya…MAMA…iyah itu adalah mamaku.. tapi kenapa menangis?? Aku mencoba melihat sekelilingku, disana kudapati papa, saudaraku dan beberapa orang yang aku kenal, raut wajah mereka begitu sedih namun berusaha tetap tersenyum..hambar…

“Ma, ada apa? kenapa menangis? Kenapa semuanya ada disini?” masih dalam keadaan bingung aku bertanya.
“Sudah sayang, semuanya sudah berakhir, kamu berhasil melaluinya, kamu begitu kuat dan tegar…” mamaku berusaha menjelaskan dengan diikuti isakan yang terdengar bergetar dari bibirnya.

Nyeri, kini aku benar-benar merasakan nyeri yang hebat disekujur tubuhku. Aku kembali melihat disekelilingku, ditanganku terpasang selang infus, dan juga selang O2 ikut bertengger di hidungku. Di samping tampak alat-alat yang tidak aku kenal dan tampaknya alat-alat tersebut ikut terpasang ditubuhku.
Ahh.. aku berada di ICU..yah..aku berada disini akibat kecelakaan yang aku alami. dari penjelasan mama, aku mengalami kecelakaan mobil seminggu yang lalu saat aku kabur dari rumah dan aku dibawah oleh beberapa warga di sekitar lokasi kecelakaan itu, dengan bersimbah darah.
Aku ingat, beberapa minggu sebelum kecelakaan yang aku alami, aku sempat bertengkar dengan mama, dan aku kabur dari rumah, setelah itu aku tidak ingat lagi, yang ternyata berakhir di ruang ICU ini. Baca entri selengkapnya »





[Cerpen] Batas Hidup [bagian 2]

2 08 2008

Sambungan dari cerpen sebelumnya...

Oh, iyah.. aku sadar bahwa aku merupakan mahluk Tuhan paling seksi, walaupun anggapan itu merupakan bagian yang kontradiksi dengan kondisiku saat ini, tetapi di saat aku mencermati kondisi tersebut selalu saja ada pekikan yang keras dan menyatakan bahwa iyahh.. benar.. kamu adalah yang terseksi, terbaik dari segala senyawa yang pernah ada, jangan dengarkan apa kata mereka tentang dirimu dengan memutarbalikan dan mempermainkan kondisi-kondisi yang kamu hadapi.. percayalah, dari sini kami melihatmu bahwa kamulah yang terseksi dan terbaik, tutup telingamu jika mereka mengucapkan kalimat dan ajakan untuk membuka pintu dan berjalan ke arah meraka dan jika mereka menarik tanganmu, tarik kembali dengan keras dan kami akan membantumu. Lihatlah ke arah kami, disini banyak kenikmatan yang tidak pernah akan kamu dapatkan di tempat mereka jika kamu membuka pintu yang disediakan oleh mereka. Mereka hanya berbicara dengan bahasa yang kamu tidak mengerti demi mengajakmu masuk di lingkungan mereka, tetapi bersama kami, kamu akan selalu mendengarkan ajakan yang membuat tubuhmu bergejolak dan kamu akan merasakan indahnya dunia yang kamu diami.. Baca entri selengkapnya »





[Cerpen] Batas Hidup [bagian 1]

29 07 2008

Kemudaan bukanlah suatu masa didalam jiwa, tetapi orang menjadi tua karena meninggalkan idealismenya. Kalimat dari salah satu pesohor dunia inilah yang selalu menginspirasiku untuk selalu berpikir secara realistis. Banyak permasalahan yang selalu hadir selangkah di depan dalam mengiringi hentakan kaki, dan aku selalu merasa goyah jika melewatinya seiring dengan pola pikir yang berkecamuk saat itu. Tapi jika mengingat kembali kalimat diatas, ada kekuatan dan semangat untuk selalu memperbaiki setiap kesalahan tersebut. Beberapa kesalahan bisa aku lalui dengan baik tetapi tidak sedikit justru membuat aku semakin terpuruk di lingkungan dan situasi yang sama sekali mengikat diriku dan seakan tidak akan melepaskannya bahkan semakin kuat dan dalam rasa tersebut sampai kadang aku berusaha untuk pasrah menerimanya.
Bebeapa suara di kiri dan kanan yang samar-samar aku dengar untuk selalu mengajakku bangkit dan tetap survive di dalam kehitaman yang melingkupi aura jiwaku yang semakit pekat, namu suara tersebut makin menghilang seiring dengan makin tebalnya kepekatan dalam membungkus kehidupanku. Tangan-tangan yang kokoh juga hadir untuk menarik jiwaku namun seakan aku tidak mau menjemput uluran tangan tersebut karena aku merasa enjoy di kehidupanku ini. Di satu saat suara nyaring dan tangan kokoh itu menggema di sudut telinga dan menampar tubuhkuh sampai jatuh demi mengajak dan mengangkat aku dari kepekatan yang semakin menebal. Aku sadar dan mencoba untuk maju dan beriringan dengan suara dan tangan tersebut, tetapi rasa itu semakin kuat menarikku bersamaan dengan kenikmatan yang selalu bersinar dengan tajam kearahku dan mengajakku untuk tetap menari di lingkungan yang saat itu membuat diriku merasa lepas dari segala beban. Baca entri selengkapnya »